Dalam survei The Fund for Peace menggunakan indikator hukum, politik, ekonomi, sosial, dan HAM. "Indonesia bukan hanya akan gagal. Tetapi juga hilang dari peta dunia," kata Suhardi, Kamis (21/6), di Jakarta.
Suhardi menegaskan dirinya tidak sedang bergurau dengan pernyataannya. Menurutnya The Fund for Peace belum menggunakan cara pemanfaatan sumber daya alam sebagai indikator. Dikatakan Suhardi, manajemen pengelolaan SDA Indonesia sangatlah buruk. Bukan hanya bersifat eksploitatif, pengelolaan sumber daya alam juga mengesampingkan upaya rehabilitasi lingkungan.
"Kita tidak akan menyisakan sumber daya alam apapun ke anak keturunan kita. Batubara dan minyak bummi kita habis dikeruk asing," cemas Suhardi.
Selain eksploitatif, paradigma pemanfaatan SDA juga keliru. Kekayaan alam Indonesia diambil bukan untuk kesejahteraan rakyat, melainkan kepentingan asing. "Semua untuk uang," sebut Suhardi.
Berbagai klaim keberhasilan ekonomi yang disampaikan pemerintah, masih kata Suhardi, tidak memberi efek bagi kehidupan rakyat miskin. Ia menyebut pemerintah tidak punya pilihan. Negara harus bisa menjadi penyedia kebutuhan rakyat, seperti: air bersih, pangan, energi gratis, keamanan, dan pendidikan. "Kalau perut kenyang rakyat tidak akan bunuh-bunuhan," katanya menandaskan.